Diseret China dalam Konflik Laut China Selatan, Indonesia Waspadalah


 


JAKARTA - Indonesia sudah lama menegaskan tempatnya untuk negara non-penggugat di Laut China Selatan, dengan mengatakan kebutuhan intinya dalam perselisihan itu untuk jaga perdamaian serta keamanan di daerah itu dengan bertindak selaku mediator yang jujur. (Simak juga : Pemerintahan Otoriter Pembungkam Jurnalis Dunia, China Posisi Pertama)

Buruknya Nutrisi Akademi Sepakbola

Tetapi ini tidak hentikan China untuk berupaya menangkap Indonesia dalam visinya sendiri untuk Laut China Selatan.


China sudah ajukan beberapa proposal pembangunan bersama-sama di Laut China Selatan semenjak 2017, khususnya diperuntukkan ke Filipina serta Vietnam. Tetapi Indonesia diikutsertakan. China menyarankan pembangunan Spratly Resource Management Authority (SRMA)—dengan keanggotaan bukan hanya dari beberapa negara penggugat yang bersengketa, yakni Brunei, China, Malaysia, Vietnam, serta Filipina, dan juga Indonesia.


Huaigao Qi dari Kampus Fudan memiliki pendapat dalam satu artikel yang diedarkan tahun kemarin di Journal of Contemporary East Asian Studies jika arah China ialah mainkan peranan bernilai dalam mempromokan daerah yang damai serta konstan, dan meningkatkan jalinan

baik dengan beberapa negara pesisir yang lain serta kurangi kompetisi China-Amerika Serikat (AS) di daerah yang disengketakan.


Cara China yang menyeret Indonesia dalam pergerakan perselisihan perselisihan daerah itu jadi perhatian barisan think tank yang berbasiskan di Sydney; Lowy Institute, Jumat (28/8/2020), dengan artikel berjudul "Jakarta should be wary of Beijing's South China Sea proposals".


Artikel itu dicatat oleh Aristyo Rizka Darmawan, dosen serta periset senior di Center for Sustainable Ocean Kebijakan di Fakultas Hukum Kampus Indonesia dengan konsentrasi riset pada keamanan maritim di Asia serta Pasifik.


"Kerja sama juga dengan China sama juga dengan memvalidasi klaim Laut China Selatan, satu cara yang akan seutuhnya berlawanan dengan kebutuhan Indonesia," catat Darmawan.


"Tetapi dengan ajukan Indonesia masuk dengan SRMA, nampaknya Beijing belum dengar pesan dari Jakarta. Penerbitan rangkaian catatan diplomatik di antara ke-2 negara belakangan ini membuat jelas Indonesia siaga pada kemauan China, serta memang demikian. Indonesia jangan menyertakan proposal apa saja dari Beijing berkaitan dengan pembangunan bersama-sama di Laut China Selatan," lanjut ia.

Postingan populer dari blog ini

"This will certainly enable our team towards safeguard one of the absolute

basis for future routine updates

One challenge is the poor connectivity and lack of mobile usage in the areas where people are the most vulnerable.